Jumat, 17 Mei 2013

☆Lihat dia Husna! Apa Pantas Kau mengeluh?☆

-بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ


       Pagi itu cuaca Kota Yogyakarta begitu cerah, langit membiru nan jernih seolah ikut mengucapkan selamat pagi padaku juga aroma khas pagi hari semakin menusuk hingga ke rongga hidungku.

Seperti biasa setiap hari selasa aku berangkat ke kampus selalu pagi hari juga Aku minta dibonceng adekku, dan bisa kebayang bagaimana jadinya jika adek cowok kalau sudah terburu-buru, maka aku sasaran omelannya. Ada saja omelannya yang ditujukan padaku. 


"cepat,, nanti terlambat nih, masuk kuliahnya" atau omelan yang lain seperti "ayo segera!! kalau lama nanti tak tinggal"
Haduh kalau udah digituin, ada saja barang yang kelupaan. seperti beberapa minggu lalu Aku akhirnya lupa membawa handphone ku.

     Pagi itu berbeda dengan biasanya, Aku dan adekku husni berangkat lebih pagi yaitu jam 6.30 wib, dan tiba di kampus jam 06.50 wib. Bisa dibayangin deh betapa kampus masih begitu sepi, dan yang baru terlihat saat itu adalah para OB. Saat itu Aku jadi pusat perhatian para OB karena mungkin aku datang terlalu pagii di kampus. Tapi terlepas dari itu semua, aku kan jadinya tidak terlambat kuliah.


    Entah apa yang membuatku enggan untuk masuk ke ruang perkuliahan, mungkin karena hawanya masih terlalu pagi dan bawaanya ngantuk. Namun Saat itu Aku seolah digerakkan hatinya untuk menuju warung kecil depan kampusku untuk membeli permen sebagai obat penghilang rasa ngantuk jika nanti proses perkuliahan berjalan. 


"Bu, permen ini berapa ya bu??" tanyaku pada wanita setengah baya itu
"seribu rupiah dapatnya delapan buah mba'" Sambil menata jualannya..

Akhirnya ku putuskan membeli permennya dua ribu yang berarti isinya 16 buah permen. Setelah aku membayar permennya dan menuju tepi jalan untuk bersiap-siap menyebrang jalan menuju kampus.

Saat Aku menoleh kanan dan kiri untuk memastikan bahwa keadaan aman untuk meyebrang, tiba-tiba tatapanku berhenti sejenak disebuah kursi roda yang ada tepat disebelah kananku. Dialah bapak penjual koran. Entah karena rasa haru dan salut akan semangat kerjanya yang begitu tinggi sampai-sampai dengan kondisi dia harus duduk di kursi roda sekalipun dia selalu semangat menjual koran. Dan setiap pagi dia selalu ada didepan kampusku. 

"Pak, koran kompas ada nggak pak? kalau ada berapa harganya pak? "
"Koran kompasnya ada kok mba, 3500 satunya mba" sambil menyodorkan korannya padaku

Ketika itu tanpa basa-basi langsung ku ambil uang untuk mebayar korannya dan tak lupa ku sampaikan terima kasih padanya.

Saat itu,Aku lalu buru-buru menyebrang jalan untuk menuju kampus karena jam menunujukan pukul 07.05 wib. sepanjang aku melangkah Ku rasakan hatiku sedih, Aku benar-benar terenyuh sekilas saat ia ku pandang beberapa detik tadi. Aku iri bahkan sangat iri padanya disaat kondisi fisiknya tidaklah sempurna karena kakinya yang tidak bisa berfungsi seperti Aku dan orang pada umumnya, dia masih mau berusaha untuk bekerja keras mencari nafkah dan rezeki yang halal di jalan-Mu walau harus berjuang diatas kursi rodanya. Tanpa mengeluh dan menyesali ketidaksempurnaannya. ..

Lalu aku? Apa yang bisa ku banggakan dengan diriku? Aku masih diberi fisik yang sempurna, masih berjalan dengan baik, bahkan Aku diberikan rezeki dari-Mu yang berlimpah, dan Aku masih diberi kesempatan untuk kuliah tanpa harus pusing-pusing mikirin biaya kuliah. Namun mengapa Aku begitu lalai? namun mengapa aku kadang lupa bersyukur akan nikmat yang Engkau berikan, bahkan mungkin tanpa Ku sadari aku pun mengeluh dengan keadaan yang begitu menyita tenaga  dan waktu. Ya Allah ampuni Aku!!

Tidak terasa lamunanku yang membawaku pada arti pentingnya sebuah syukur dan pantang katakan mengeluh, kini membawaku hingga tiba di ruangan perkuliahan yang juga masih kosong dan belum ada peghuninya. 




(gambarnya ini Husna ambil dari http://penaonline.wordpress.com/) maklum Husna waktu itu tidk sempat foto bapaknya :(



>>>>>>>>>>>>::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::<<<<<<<<<<<<<<<

(Ya Allah, Ampunilah Aku yang masih sering lalai dan lupa untuk bersyukur pada-Mu)
--Di Malam-Mu yang begitu dingin, hanya bertemankan sepi dan tarian gerimis cinta-Mu--
*Husna Syifa Ubaidillah*




   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar