Senin, 20 Mei 2013

✿Hikmah dibalik Kegagalan✿


“Kegagalan adalah bukti dari kesuksesan yang tertunda. Gagal bukan untuk diratapi, namun harus disikapi dengan bijak dan ikhlas untuk menjadi pijakan kuat dalam meraih sukses.” 

Maret 2012 mengukir cerita kegagalanku. Aku memiliki sahabat terbaik, namanya Nisa.
Nisa adalah mahasiswi yang saat itu duduk dibangku semester enam di salah satu universitas swasta yang ada di Yogyakarta. Segala yang Aku lakukan seringkali bersamaan dengan Nisa. Persahabatan kami terjalin cukup lama sekitar empat tahun. Nisa adalah sahabat yang begitu baik. Sopan tutur bahasanya, dan sangat muslimah penampilannya. Hampir rata-rata gaya kami berdua sehari-hari sama. Jika dianalogikan, persahabatan kami ibarat Gelas dan tutupnya. Selalu saling melengkapi ketika ada yang mengalami kesulitan, saling menutupi kekuarangan satu sama lain.

Suatu ketika Aku diajak Nisa untuk ikut pendaftaran Kuliah kerja nyata mubaligh hijrah (KKN MH). Saat itu Aku dengan penuh keyakinan mengikuti pendaftaran KKN MH. Alasan Aku mengikuti pendaftaran saat itu karena jumlah SKS ku sudah melewati angka minimal dari yang ditentukan bagian lembaga pengabdian masyarakat (LPM). Jumlah yang ditentukan untuk bisa mengikuti KKN MH adalah 100 SKS.

Pagi itu ku lengkapi semua persyaratan bersama Nisa. dengan rasa penuh bahagia, setibanya di LPM, semua berkas-berkasku diperiksa oleh salah satu petugas Lpm, dan Aku dinyatakan belum lulus dalam pendaftaran KKN MH.
Kaget tiada terkira, ketika Nisa lolos dan Aku dinyatakan tidak berhasil, sementara jumlah SKS ku melebihi standart yang ditentukan bagian Lpm.
“Lho,, kok ditolak ya pak?” Tanyaku dengan rasa penasaran.
“iya mba, memang jumlah sks anda 102. Namun maaf mba, karena ada mata kuliah anda yang belum diulang satu, dan itu jumlahnya tiga sks. Jadinya 102 dikurangi tiga sks tertunda maka totalnya hanya 99 sks. Dengan begitu maka anda belum berhasil”  ucap petugas itu.

Saat Aku dinyatakan tidak lolos, Aku langsung mengabarkan kedua orang tuaku. Kecewa itu pasti ada, namun lagi-lagi kata-kata penguat sang ibunda dan ayahanda yang begitu jauh lebih menyemangati sehingga membuatku kuat. Ibu dan Ayah selalu mengatakan kepadaku bahwaKegagalan yang diterima saat ini tandanya memang belum rezekiku, ikhlas saja menerima, karena mungkin Allah Ta’ala jauh lebih mengerti apa yang terbaik untuk ku.

Kecewa itu lalu berubah menjadi kebahagiaan yang tiada terkira, saat kedua orang tuaku juga sahabatku Nisa memberikan nasihat untukku. Dengan itu Aku juga percaya, mungkin Allah memang sedang menyiapkan seuatu yang istimewa untuk ku. 

Hari berganti minggu, dan minggu kini berganti bulan, tak terasa bulan Juli kini datang menghampiri. Aku lalu mengajukan keinginanku kepada ayah agar Aku diberi izin mudik ke daerah asalku di Maluku Utara. Tanpa menolak Ayah lalu menelpon bagian penjualan tiket pesawat dan saat itu  Aku berhasil mengantongi izin dari Ayahku.

Ketika itu rasa bahagia menari-nari dalam setiap hari-hariku, Aku lalu mengabarkan tentang rencana kepulanganku kepada beberapa sahabat-sahabatku di Maluku utara. Mendengar ceritaku akan pulang, sahabat-sahabatku juga ikut bahagia, dan yang buat Aku tak henti-hentinya bersyukur yaitu dibulan Agustus 2012 teman-teman SD ku mengadakan reuni bersama semua angkatanku lulusan tahun 2002/2003. Dengan begitu Aku bisa kembali menjalin silaturrahim bersama teman-teman SD dan juga para dewan guru.

Sungguh benar adanya, bahwa bingkisan hikmah dari Allah akan jauh lebih indah dari kegagalan yang dihadirkan-Nya. “Dan nikmat Tuhan-mu yang manakah yang kamu dustakan.” Setiap kejadian dan kegagalan yang menimpa bukanlah karena Allah membenci kita, namun itu bukti kasih sayang Allah untuk menaikkan derajat setiap hamba-hamba-Nya yang beriman dan bersabar. Dalam setiap kegagalan akan tersimpan hikmah yang bisa dipetik untuk dijadikan sebuah pelajaran hidup.

Husna Syifa Ubaidillah
(dalam Syukur yang tiada terkira, 11 September  2012  YK)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar