Senin, 10 Februari 2014

♥ Demi Sepotong Ayam ♥

Judul: Demi Sepotong Ayam
Oleh: Husna Syifa Ubaidillah

Panasnya terik matahari siang ini di Kota Pelajar, tak mengurungkan niat Bu Mila yang terus semangat mengayun sepeda dengan jarak berkilo-kilo meter menuju Tempat pengumpulan sampah bekas. Asap dari kendaraan yang berlalu-lalang sepertinya tidak membuat Bu Mila mundur berjuang dari mencari nafkah demi sesuap nasi untuk keluarganya. Sepeninggal Pak Budi, Bu Mila kini harus berusaha sendiri mencari nafkah untuk sekolah Hasan anaknya dan untuk makan sehari-hari.

“Alhamdulillah, akhirnya sampai juga. Semoga kali ini bisa dapat rezeki banyak, jadi aku bisa belikan makanan enak untuk anakku satu-satunya yang ku sayang”. Gumamnya sambil menaruh sepeda di parkiran .
          
            Tanpa menunggu lama bu Mila akhirnya mengumpulkan sampah-sampah bekas, menimbang semua hasil sampah bekas yang telah dikumpulkan. Ada rona bahagia di wajahnya, ketika timbangan hari ini jauh lebih banyak dibandingkan hari sebelumnya.
                
         “Bu Mila, ini jatah njenengan yo. Kerjamu apik dje. Mugi-mugi berkah yo bu.” Ucap bu Prapto dengan menyodorkan uang pecahan 20 ribu.
           
         “Matur nuwun, Alhamdulillah. Uang ini mau tak belikan nasi ayam untuk anakku Hasan. Terlanjur janji sebelum berangkat kerja tadi. Kasian juga sudah lama Hasan ndak makan yang enak”.
                
         Saat semua pekerjaan telah usai, bu Mila pamit pulang dan sebelum tiba di rumah, bu Mila mampir di salah satu warung nasi. Tak lama kemudian Bu Mila keluar dari warung.  Ditangan Bu Mila sudah ada sebungkus nasi, lauk ayam dan sebungkus tahu goreng dalam plastik putih bening. Namun saat di jalan hendak menuju rumah, Bu Mila disenggol mobil. Sebungkus nasi ayam jatuh berhamburan, sementara yang tersisa hanyalah sebungkus tahu goreng. Untung saja, bu Mila tidak mengalami luka sehingga, tiba di rumah bisa tepat waktu.

           “Nak, Maaf. Ibu tidak bisa tepatin janji ibu. Tadi sudah ibu belikan nasi ayam tapi, saat di jalan pulang ke rumah, ibu disenggol mobil dan yang tersisa hanya satu bungkus tahu goreng. Maaf sayang, ibu tidak berguna.” Ucap Bu Mila sambil menitikan air mata.

         “Bu, dengar Hasan! Sekarang ibu nggak kenapa-kenapa kan? Hasan tidak peduli mau ayam atau apapun itu, yang penting ibu sudah bersama Hasan. Sungguh, Ini jauh lebih berharga dibandingkan sebungkus nasi dan ayam.

         “Bagi Hasan semua itu tidak penting. Karena untuk Hasan, berkumpul dan bersama ibu selamanya membuat Hasan sudah jauh lebih bahagia. Ibu segalanya bagi Hasan dan Ibu alasan satu-satunya di dunia ini untuk Hasan tetap semangat dalam hidup dan terus memberikan hasil terbaik untuk ibu.” Lanjut Hasan sambil memeluk Bu Mila Sang Ibu. 

          Keduanya Lalu bersyukur, karena masih disatukan walau dalam kesederhanaan.

          “Nak, terima kasih! Satu pesan ibu, dimanapun kamu berada nanti dan dalam situasi apapun itu, teruslah bersyukur. Karena kesulitan dan kebahagiaan adalah jamuan istimewa Dari-Nya. Saat kamu bersyukur, maka nikmat kebaikan akan ditambahkan kepadamu.” Tutup Bu Mila yang memeluk Hasan dalam keharuan dan menitikan air mata bahagia.

                                                                          (Yogyakarta, 11 Februari 2014)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar