Judul: Demi Sepotong Ayam
Oleh: Husna Syifa Ubaidillah
Panasnya terik
matahari siang ini di Kota Pelajar, tak mengurungkan niat Bu Mila yang terus
semangat mengayun sepeda dengan jarak berkilo-kilo meter menuju Tempat
pengumpulan sampah bekas. Asap dari kendaraan yang berlalu-lalang sepertinya tidak
membuat Bu Mila mundur berjuang dari mencari nafkah demi sesuap nasi untuk
keluarganya. Sepeninggal Pak Budi, Bu Mila kini harus berusaha sendiri mencari
nafkah untuk sekolah Hasan anaknya dan untuk makan sehari-hari.
“Alhamdulillah,
akhirnya sampai juga. Semoga kali ini bisa dapat rezeki banyak, jadi aku bisa
belikan makanan enak untuk anakku satu-satunya yang ku sayang”. Gumamnya sambil
menaruh sepeda di parkiran .
“Bu
Mila, ini jatah njenengan yo. Kerjamu apik dje. Mugi-mugi berkah yo bu.” Ucap
bu Prapto dengan menyodorkan uang pecahan 20 ribu.
“Matur
nuwun, Alhamdulillah. Uang ini mau tak belikan nasi ayam untuk anakku Hasan.
Terlanjur janji sebelum berangkat kerja tadi. Kasian juga sudah lama Hasan ndak
makan yang enak”.
Saat
semua pekerjaan telah usai, bu Mila pamit pulang dan sebelum tiba di rumah, bu
Mila mampir di salah satu warung nasi. Tak lama kemudian Bu Mila keluar dari
warung. Ditangan Bu Mila sudah ada sebungkus
nasi, lauk ayam dan sebungkus tahu goreng dalam plastik putih bening. Namun saat
di jalan hendak menuju rumah, Bu Mila disenggol mobil. Sebungkus nasi ayam
jatuh berhamburan, sementara yang tersisa hanyalah sebungkus tahu goreng.
Untung saja, bu Mila tidak mengalami luka sehingga, tiba di rumah bisa tepat
waktu.
“Nak,
Maaf. Ibu tidak bisa tepatin janji ibu. Tadi sudah ibu belikan nasi ayam tapi,
saat di jalan pulang ke rumah, ibu disenggol mobil dan yang tersisa hanya satu
bungkus tahu goreng. Maaf sayang, ibu tidak berguna.” Ucap Bu Mila sambil
menitikan air mata.
“Bu,
dengar Hasan! Sekarang ibu nggak kenapa-kenapa kan? Hasan tidak peduli mau ayam
atau apapun itu, yang penting ibu sudah bersama Hasan. Sungguh, Ini jauh lebih
berharga dibandingkan sebungkus nasi dan ayam.
“Bagi
Hasan semua itu tidak penting. Karena untuk Hasan, berkumpul dan bersama ibu
selamanya membuat Hasan sudah jauh lebih bahagia. Ibu segalanya bagi Hasan dan
Ibu alasan satu-satunya di dunia ini untuk Hasan tetap semangat dalam hidup dan
terus memberikan hasil terbaik untuk ibu.” Lanjut Hasan sambil memeluk Bu Mila
Sang Ibu.
Keduanya Lalu bersyukur, karena masih disatukan walau dalam kesederhanaan.
Keduanya Lalu bersyukur, karena masih disatukan walau dalam kesederhanaan.
(Yogyakarta, 11 Februari 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar